Review “Katarsis”


Judul: Katarsis

Penulis: Anastasia Aemilia

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-979-22-9466-8

ISBN Digital: 976-602-03-5575-7

 

Selamat Datang~

Tara Johandi, gadis berusia delapan belas tahun, menjadi satu-satunya saksi dalam perampokan tragis di rumah pamannya di Bandung. Ketika ditemukan dia disekap di dalam kotak perkakas kayu dalam kondisi syok berat. Polisi menduga pelakunya sepasang perampok yang sudah lama menjadi buronan. Tapi selama penyelidikan, satu demi satu petunjuk mulai menunjukkan keganjilan.

Sebagai psikiater, Alfons berusaha membantu Tara lepas dari traumanya. Meski dia tahu itu tidak mudah. Ada sesuatu dalam masa lalu Tara yang disembunyikan gadis itu dengan sangat rapat. Namun, sebelum hal itu terpecahkan, muncul Ello, pria teman masa kecil Tara yang mengusik usaha Alfons.

Dan bersamaan dengan kemunculan Ello, polisi dihadapkan denngan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan kotak perkakas kayu seperti yang dipakai untuk menyekap Tara. Apakah tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?

Kalian tertarik untuk membacanya?

Buku ini sempat saya baca dahulu kala. Hoo~~ tetap di ipusnas, ya. Hanya sampai beberapa halaman, mungkin seperempat. Alasan kenapa tidak bisa saya baca dalam sekali duduk karena kesibukan pribadi, bukan karena novel ini jelek.

Lantas, minggu ini saya ingin membacanya lagi bersama tiga novel yang lain: Cinta Segala Musim, Finding Audrey, dan Kupinjam Napas Iblis. Namun, entah kenapa saya memilih novel ini untuk saya review.

Novel setebal 268, dimulai dari halaman Sembilan dan berakhir di 261 ini bergenre misteri dengan tokoh anak-anak pyscho. Sebenarnya ini bukan novel misteri yang pertama kali saya baca. Namun, pada novel ini saya bingung di beberapa adegan dan hal yang lain.

Kisah Tara, sebagai anak yang memiliki masa lalu yang menurut saya “aneh”. Di tambah dengan teman kecilnya, Ello, yang saya rasa tidak jauh berbeda. Hanya saja, saya rasa kurang tepat jika Ello dikatakan sebagai teman masa kecil Tara. Sebab karena cara mereka bertemu, dan menurut saya itu terlalu singkat. Atau mungkin ada hal lain yang saya lewatkan?

Pun, selesai membaca, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri saya belum mendapatkan jawaban jelas, hanya beberapa yang mendapatkannya. Seperti alasan kenapa Tara tidak mau dipanggil Tara, kenapa dia dan Ello memiliki sifat seperti itu, alasan dibalik kejadian yang menimpa Tara saat dimasukkan ke kotak perkakas kayu, dsb.

Di sini saya tidak mengerti apakah ada hal-hal yang menjawabnya tetapi pemahaman saya kurang atau ada faktor lain?

Saya juga kurang memahami adegan di halaman 199. Sungguh, itu membuat kernyitan saya semakin dalam dan cukup keras untuk memikirkannya.

Terlepas dari itu semua, saya cukup menikmati novel ini. Cerita yang disuguhkan cukup unik, dengan adegan-adegan yang sebenarnya tidak membuat saya merasa “ngeri”. Ya, overall, novel ini recomended buat kamu yang pingin membaca buku misteri dengan bahasa yang ringan, dan penggambaran yang tidak terlalu menakutkan.

Terima Kasih~

Komentar