Review Negeri Di Ujung Tanduk

Judul: Negeri di Ujung Tanduk

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 360

ISBN: 978-979-22-94729-3

Blurb:

Di negeri di ujung tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang-orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi.

Di Negeri di ujung tanduk para penipu menjadi para pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.

Tapi di Negeri Ujung Tanduk setidaknya, Kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan

---

Diawali dengan Thomas sedang melakukan pertarungan tinju. Di Negeri Para Bedebah, sempat disinggung bahwa Thom suka dengan tinju. Ya, tentu bisa diduga bahwa novel ini adalah sekuel dari Negeri Para Bedebah. Meski begitu, Thom memiliki ‘pekerjaan’ yang berbeda: dari seorang konsultan keuangan, Thom menjadi konsultan politik.

Dari sini dapat dilihat bahwa akan ada perbedaan yang cukup dalam. Klien Thom sudah bukan lagi kantor-kantor, perusahaan besar, maupun bank. Tetapi seseorang dari salah satu partai politik. Ya, Thom ikut serta dalam kisah “kelam” perpolitikan.

Sebuah sistem pemerintahan yang bobrok menjadi garis besar dalam cerita ini. Jelas berbeda dengan novel sebelumnya yang mengangkat masalah sistem perekonomian yang kapital. Tere Liye memberikan adegan yang lebih menegangkan ketimbang sebelumnya; aksi-aksi laga jelas lebih banyak.

Berjumlah 33 episode, Tere Liye menuangkan banyak hal yang membuat pembaca sesak napas. Bukan karena jelek, tapi adegan yang diberikan semakin padat; lebih padat ketimbang novel sebelumnya. Meski begitu, saya merasa Tere Liye Memberikan suguhan yang bagus. Tidak ada keluhan sama sekali. So Far, ini lebih bagus ketimbang novel Negeri Para Bedebah.

Terakhir,

“Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Difirmankan Tuhan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi adalah hasil ciptaan manusia. Dalam catatan sejarah, sintem otoriter absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan hanya memberikan sebuah urusan kepada ahlinya ....”---hlm 55, bab 5.


#KMCbatch10

#NgereadKuy


Komentar